Hot Sugar Baby (bab 11)

“Gimana? Bagus kan?” Ucap Millen saat dia menghampiri Kean yang tadi ada di bawah sana.

“Malah kayak kurcaci tau gak sih guenya” protes Kean saat dia melihat hasil foto itu.

“Udah difotoin, protes pula -_–” Millen kesel “Dah ah, gue mau nyari Sadip, mau nanyain jawaban yang tadi”

Kean yang tadi lagi fokus dengan beberapa hasil foto yang diambil Millen, sekarang dengan cepat masukin ponselnya ke dalam saku celana, kemudian berjalan cepat menarik tangan Millen agar tidak pergi terlalu jauh.

“Mau kemana?” Tanya Kean,

“Nyari Sadip”

“Gak ada cupang-cupangan ya, Len”

Millen diem, merhatiin raut wajah Kean terlihat lucu, marah? Cemburu? Kesel? Gak suka?

“Hahahaha Kean, lo lucu banget sih, ya ampun bayi gue” Millen mengusap lembut kepala Kean,

Millen tertawa, jika dulu tawa Millen hanya sekedar tawa, kini tawanya bisa membuat tenang pria yang lebih tua 2 tahun darinya.

Kean bingung, dia bahkan gak ngerti kenapa Millen tiba-tiba bersikap kaya gini. Ah harusnya dia gak perlu musingin, toh Millen memang seperti ini, kadang bersikap manja kayak anak kecil, kadang ia benar-benar berperan seperti ayah

“Gue serius Len, jangan minta Sadip untuk ngajarin lo apapun. Biar gue aja” lanjut Kean, yang langsung mendapat binar-binar kebahagiaan di mata Millen.

“Dengerin gue” Kean berhenti sejenak, menatap manik-manik Millen yang seolah tak sabar,

Millen mengangguk.

“Sama kaya waktu itu, lo rasain apa yang gue lakuin, abis itu lo coba praktekin ke gue, ngerti?”

“Ngerti”

Millen seperti anak TK di taman bermain, yang seneng dan bahagia saat dia mengetahui sesuatu hal yang baru.

“Sekarang lo cium gue kaya kemaren, katanya lo uda.....”

Belum Kean menyelesaikan kalimatnya, Millen sudah memajukan kepalanya terlebih dahulu, membungkam bibir Kean yang sejak tadi tak berhenti berbicara.

Enak, bagi Millen bibir Kean selalu enak, bahkan lebih enak dari sapi panggang bintang 5 favoritnya.

Kean bikin candu Kini benda tak bertulang itu masuk, menyusuri rongga mulut Kean, mengabsen tiap barisan gigi yang ada disana. Millen yang memimpin, sengaja, walau Kean harus sekuat tenaga agar tak menghisap bibir yang lebih kecil.

Masih amatir, tapi lumayan

Ciuman panas yang terkesan terburu-buru dan kasar bahkan membuat Kean merasa tak sabar, ia ingin lebih dari sekedar ini, siapa yang tahan di hadapkan dengan makhluk seindah Millen?

Kean juga manusia biasa bukan? Tangan Kean kini sudah turun, mengelus pinggang Millen yang kecil dan ramping Millen menghentikan ciumannya

“Gimana? Gue udah bisa kan?” Tanyanya dengan nafas yang tersenggal, Bukannya menjawab, Kean hanya tersenyum, kemudian melakukan tugasnya.

napasnya patah disetiap jengkal leher Millen dijilat, turun dengan pelan, kemudian berhenti di satu titik.

“Keannnhhhh—” 1 desahan lolos dari bibir kecil itu.

Kean masih disana, menghisap, menggigit, memberi tanda merah keunguan di kulit putih Millen.

Millen hanya mencengkeram erat bahu Kean, perasaannya aneh, tubuhnya terasa panas, padahal hari mulai gelap, panas yang dia sendiri tak bisa menjelaskannya.

Persetan dengan list, ia ingin melakukan semuanya, Kean mendorong tubuh Millen agar bersandar dengan dinding, tangannya dengan leluasa masuk kedalam baju, serta mengelus punggung Millen dengan lembut Kean menciumi pundak Millen, naik ke perpotongan leher dan memberikan kissmark serta gigitan kecil disana, lagi dan lagi.

“Keannhhhh— hmmmmhhh. Gantian, mau gantian”

Kean menyudahi pekerjaannya, menatap mata sayu dihadapannya, ia menangkup pipi Millen, kemudian mengecup kecil pucuk hidung itu.

Wajah Millen kini tepat di perpotongan leher Kean, dimulai dengan menjilatinya, hingga mengecupnya beberapa kali, Kean harum, harum yang bikin Millen makin melayang entah kemana

“Enghh Len, jangan digigit” eluh Kean, tangannya mengusap lembut kepala Millen, Pandangan Kean kini mulai berkabut, ia menikmati apa yang Millen lakukan, bahkan sepertinya Millen lebih baik daripada dirinya sendiri.

🎵 1 panggilan masuk

“Ehmmm hp lo bunyi, nghh—” Millen tak peduli, dia masih tetap melanjutkan kegiatannya.

“Nghhh— Len, ada yang aaaaakkkk........” Kean teriak saat dirasa Millen menggigitnya lebih kuat,

Millen mempout kan bibirnya, tak suka, kemudian meraih benda persegi yang sejak tadi berdering

“LEA GANGGU!!?”

“Ganggu apa?”

“Buruan ngapain nelfon?”

“Ini mau pada balik ke hotel, lo dimana lah?”

“Dimana aja, yaudah nanti gue kesana”

“Iya bur.....”

Millen mematikan telfonnya.

“Udah pada mau balik ke Hotel” ucap Millen.

“Len?”

“Ya?”

“INI LO BIKIN TANDANYA BANYAK BANGET LEN, GUE AJA DIKIT LOH” Ucap Kean saat dia melihat hasil karya Millen di lehernya.

“Hehehehe. Yaudah yok balik”

Millen mencoba bersikap biasa aja walau jujur saja ia mulai merasa gerah, ingin segera membasahi tubuhnya dengan rintikan air dari shower.

Sementara Kean yang berjalan dibelakangnya harus menahan sesuatu yang sejak tadi sesak dibawah sana, mungkin sesampainya di hotel dia akan bermain solo(?)


Bersambung~

Comments